Assalamu'alaikum, gaes! Apa kabar hari ini? Semoga tetap dalam lindungan-Nya.
Nah, kali ini aku mau nunjukin sedikit mengenai mehndi lagi nih gaes. Kalo ngomongin keindahan mehndi atau seni lukis henna/inai yang sekarang mulai menjamur di banyak Negara ini nggak akan pernah ada habisnya. Cantik, banyak motif, halal dan memakainya merupakan suatu kesunnahan lagi.
Boleh dikatakan menekuni dunia mehndi itu tidak mudah gaes. Meski kelihatannya gampang, tinggal gambar gitu dowang tapi terus bisa dapet uang. Jangan salah! Seni lukis henna ini engga semudah seperti apa yang terlihat, bahkan memang engga setiap orang bisa melukis henna. Pasalnya seni lukis henna ini membutuhkan ketekunan, kesabaran dan tentunya kreatifitas yang tinggi lho gaes.
Apalagi kalau ada yang komentar meremehkan bilangnya, "halah gambar gitu dowang mah gampang. aku juga bisa kali, ngapain repot-repot minta dihenna udah gitu bayar pula." itu rasanya udah gregetan banget. Mereka belum pernah ngerasain bagaimana harus sabar dan telitinya pas lagi ngelukis henna ini. Sampai leher sakit semua setiap habis mehndi orang.
Tapi selalu ada kepuasan tersendiri setelah melihat hasil karya sendiri gaes. Terlebih lagi kalau melakukannya dengan senang hati, hasilnya pasti nggak akan mengeceawakan.
Yuk, yang pengen belajar mehndi atau pengen di mehndi bisa hubungi lewat facebook, twitter, dan ask.fm. Jangan ragu lagi! :)
Arts of Life
Life is an art, and YOU are the creator of your own life.
Senin, 06 April 2015
Sabtu, 04 April 2015
Persepsi dalam Perspektif Psikologi Islam
TUGAS KELOMPOK
PERSEPSI
DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI ISLAM
Makalah Ini Diajukan
Guna Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata
Kuliah Psikologi Islam
Dosen Pengampu: Siti
Muzdalifah,
Disusun oleh:
1.
Rina Yuliana (1310110129)
2.
Muhammad Fakhruddin (1310110135)
3.
Elia Khoirun Nisa’ (1310110149)
4.
Filia Lutfiana (1310110155)
5.
Nur Solichin (1310110156)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/D-PAI
SEPTEMBER 2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Kehidupan individu tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik lingkungan
fisik maupun lingkungan sosialnya. Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula
individu secara langsung berhubungan dengan dunia sekitarnya. Mulai saat itu
pula individu secara langsung menerima stimulus dari luar dirinya, yang dimana
stimulus tersebut akan diteruskan dan diproses dalam otak kita dalam proses
pembentukan persepsi.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar dan mengucapkan kata
“persepsi”. Tetapi apakah kita mengetahui apa makna sesungguhnya persepsi itu?
Ada yang mengatakan bahwa persepsi adalah pendapat, pikiran, pemahaman, dan
penafsiran. Namun untuk lebih jelasnya mengenai apa itu persepsi, pada
kesempatan ini kami akan membahas mengenai
“Persepsi dalam Perspektif Psikologi Islam”.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa pengertian persepsi?
2.
Apa hakekat persepsi itu?
3.
Apa saja faktor-faktor yang
berpengaruh pada persepsi?
4.
Bagaimana persepsi dalam
perspektif psikologi Islam?
C.
TUJUAN
MASALAH
1.
Mengetahui pengertian persepsi
2.
Mengetahui hakekat persepsi
3.
Mengetahui faktor-faktor yang
berpengaruh pada persepsi
4.
Mengetahui persepsi dalam
perspektif psikologi Islam
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
PERSEPSI
Definisi tentang persepsi
dapat dilihat dari definisi secara etimologis maupun definisi yang diberikan
oleh beberapa orang ahli. Secara etimologis, persepsi berasal berasal dari
kata perception (Inggris) berasal dari bahasa latin perception; dari percipare yang
artinya menerima atau mengambil.[1] Dalam bukunya berjudul
Psikologi Umum, Rosleny Marliany, M.Si. menyatakan bahwa dalam bahasa
inggris, persepsi adalah perception, yaitu cara pandang terhadap sesuatu
atau mengutarakan pemahaman hasil olahan daya pikir, artinya persepsi berkaitan
dengan faktor-faktor eksternal yang direspon melalui panca indera, daya ingat,
dan daya jiwa.[2]
Menurut kamus lengkap
psikologi, persepsi adalah: (1) Proses mengetahui atau mengenali objek dan
kejadian objektif dengan bantuan indera, (2) Kesadaran dari proses-proses
organis, (3) (Titchener) satu kelompok penginderaan dengan penambahan
arti-arti yang berasal dari pengalaman di masa lalu, (4) variabel yang
menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan organisasi untuk
melakukan pembedaan diantara perangsang-perangsang, (5) kesadaran intuitif
mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu
(Chaplin, 2006:358).[3]
Menurut Morgan, persepsi adalah cara individu melihat dunia; mendengar, merasakan,
mengecap atau mencium. Dengan kata lain persepsi dapat dikatakan sebagai segala
sesuatu yang dialami individu.
Lain halnya mengenai pengertian persepsi menurut Prof. Dr. Bimo Walgito
dalam bukunya yang berjudul Pengantar Psikologi Umum, beliau mengatakan
bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan,
yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera.
Alat indera tersebut merupakan alat penghubung antara individu dengan dunia
luarnya (Branca, 1964; Woodworth dan Marquis, 1957). Stimulus yang diindera
tersebut kemudian oleh individu diorganisasikan dan diinterpretasikan, sehingga
individu menyadari, mengerti tentang apa yang diindera itu, dan proses ini
disebut persepsi.[4]
Ciri-ciri persepsi adalah:
1.
Proses pengorganisasian
berbagai pengalaman
2.
Proses menghubung-hubungkan
antara pengalaman masa lalu dengan yang baru
3.
Proses pemilihan informasi
4.
Proses teorisasi dan
rasionalisasi
5.
Proses penafsiran atau
pemaknaan pesan verbal dan nonverbal
6.
Proses interaksi dan
komunikasi berbagai pengalaman internal dan eksternal
7.
Melakukan penyimpulan dtau
keputusan-keputusan, pengertian-pengertian dan yang membentuk wujud persepsi
individu.[5]
Dari beberapa pengertian di atas dapat diartikan bahwa persepsi adalah proses pengolahan informasi dari lingkungan yang berupa stimulus, yang diterima melalui alat indera dan diteruskan ke otak untuk diseleksi, diorganisasikan sehingga menimbulkan penafsiran atau penginterpretasian yang berupa penilaian dari penginderaan atau pengalaman sebelumnya. Persepsi merupakan hasil interaksi antara dunia luar individu (lingkungan) dengan pengalaman individu yang sudah diinternalisasi dengan sistem sensorik alat indera sebagai penghubung dan diinterpretasikan oleh system syaraf otak.[6]
Dari beberapa pengertian di atas dapat diartikan bahwa persepsi adalah proses pengolahan informasi dari lingkungan yang berupa stimulus, yang diterima melalui alat indera dan diteruskan ke otak untuk diseleksi, diorganisasikan sehingga menimbulkan penafsiran atau penginterpretasian yang berupa penilaian dari penginderaan atau pengalaman sebelumnya. Persepsi merupakan hasil interaksi antara dunia luar individu (lingkungan) dengan pengalaman individu yang sudah diinternalisasi dengan sistem sensorik alat indera sebagai penghubung dan diinterpretasikan oleh system syaraf otak.[6]
B.
HAKEKAT
PERSEPSI
a.
Persepsi
Merupakan Kemampuan Kognitif
Persepsi banyak melibatkan kegiatan kognitif. Pada awal pembentukan
persepsi, seseorang telah menentukan apa yang akan diperhatikan. Semakin besar
perhatian seseorang, maka orang tersebut akan memperoleh makna dari sesuatu
yang dia perhatikan yang kemudian dihubungkan dengan pengalaman.[7]
b.
Peran
Atensi dalam Persepsi
Atensi adalah pemusatan pada aspek-aspek tertentu dari pengalaman yang
sedang terjadi dan tidak menghiraukan yang lain (Morgan, 1981). Dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh para psikolog, diajukan pendapat bahwa atensi
selalu aktif pada waktu-waktu tertentu, yaitu ketika menerima masukan dari
dugaan indera, kemudian ketika harus memilih dan menginterpretasikan data
sensorik dan menentukan apakah akan memberikan respons terhadap rangsangan tersebut.
C.
PROSES
TERJADINYA PERSEPSI
Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Objek
menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus
yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Kemudian
terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari
apa yang dilihat, apa yang didengar, atau apa yang diraba.[8]
Adapun
objek persepsi sangat banyak, tidak terbatas pada hal-hal tertentu saja
melainkan segala sesuatu yang ada di sekitar manusia. Manusia itu sendiri pun
dapat menjadi objek persepsi.[9]
D.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI
Persepsi bersifat lebih psikologis daripada proses pengindraan saja,
maka ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu:
a.
Perhatian yang Selektif
Individu menerima banyak sekali stimulus dari
lingkungannya. Tetapi individu tidak harus menanggapi semua stimulus yang
diterimanya. Untuk itu individu memusatkan perhatiannya pada stimulus tertentu
saja.
b.
Ciri-ciri Rangsang
Stimulus yang bergerak akan lebih menarik
perhatian dari stimulus yang diam. Demikian juga stimulus yang paling besar di
antara stimulus yang kecil; yang kontras
dengan latar belakangnya dan intensitas rangsangnya yang paling kuat.
c.
Nilai dan Kebutuhan Individu
Setiap orang mempunyai pola dan cita rasa yang berbeda
dalam mengamati sesuatu. Dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa anak-anak
dari golongan ekonomi rendah melihat uang koin lebih besar daripada anak-anak
dari golongan ekonomi tinggi.
d.
Pengalaman Dahulu
Pengalaman masa lalu sangat memengaruhi seseorang
dalam mempersepsi dunianya. Komputer sudah menjadi barang yang biasa bagi kita
tetapi belum tentu bagi orang yang berada di pulau yang sangat terpencil atau
orang yang berada di pedalaman.
E.
PERSEPSI
DALAM ISLAM
Persepsi adalah fungsi psikis yang penting yang menjadi jendela
pemahaman bagi peristiwa dan realitas kehidupan yang dihadapi manusia. Manusia
sebagai makhluk yang diberikan amanah kekhalifahan diberikan
berbagai macam keistimewaan
yang salah satunya
adalah proses dan fungsi persepsi yang lebih rumit dan
lebih kompleks dibandingkan dengan makhluk Allah yang lainnya.
Dalam bahasa Al-Qur’an,
beberapa proses dan
fungsi persepsi dimulai
dari proses penciptaan. Dalam
QS. Al-Mukminun ayat
12-24, disebutkan proses
penciptaan manusia dilengkapi
dengan penciptaan fungsi-fungsi pendengaran dan penglihatan. Dalam ayat ini
tidak disebutkan telinga dan mata, tetapi sebuah fungsi. Kedua fungsi ini
merupakan fungsi vital bagi manusia dan disebutkan selalu dalam keadaan
bersamaan.[10]
Proses persepsi didahului
dengan proses penerimaan
stimulus pada reseptor,
yaitu indera. Fungsi indera
manusia sendiri tidak
langsung berfungsi setelah
ia lahir, akan
tetapi ia akan berfungsi sejalan dengan perkembangan
fisiknya. Sehingga ia dapat merasa atas apa yang terjadi padanya dari
pengaruh-pengaruh eksternal yang baru dan mengandung perasaan-perasaan yang akhirnya membentuk persepsi dan
pengetahuannya terhadap alam luar.[11]
Alat indera yang
dimiliki oleh manusia
berjumlah lima macam
yang bisa disebut
dengan panca indera. Panca
indera merupakan suatu
alat yang berperan
penting dalam melakukan persepsi, karena dengan panca
indera inilah individu dapat memahami informasi menjadi sesuatu yang bermakna.
Proses persepsi dilalui dengan
proses penerimaan stimulus pada reseptor yaitu
indera, yang tidak langsung berfungsi
setelah dia lahir,
tetapi akan berfungsi
sejalan dengan perkembangan fisiknya.[12]
Di dalam Al-Qur’an terdapat
beberapa ayat yang maknanya berkaitan dengan panca indera yang
dimiliki manusia, antara lain dalam QS. An-Nahl ayat 78 dan As-Sajdah ayat 9,
yaitu :
وَٱللهُ أَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ أُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ
شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصٰرَ وَٱلْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْڪُرُوْنَ ﴿۶۸﴾
Artinya: “Dan
Allah mengeluarkan kamu
dari perut ibumu
dalam Keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur.” (QS. An-Nahl ayat
78)
ثُمَّ سَوَّىٰهُ وَنَفَخَ فِيْهِ مِنْ
رُوحِهِۦ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصٰرَ وَٱلْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيْلاً مَّا تَشْكـــُــــــــرُونَ ﴿۹﴾
Artinya:
“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan
Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali
bersyukur.” (Qs. As-Sajadah ayat 9)
Ayat tersebut memberikan
gambaran bahwa manusia
dilahirkan dengan
tidak mengetahui sesuatu apapun,
maka Allah melengkapi
manusia dengan alat
indera untuk manusia
sehingga manusia
dapat merasa atas apa yang terjadi padanya dari pengaruh-pengaruh luar yang baru dan mengandung
perasaan-perasaan yang berbeda sifatnya antara satu dengan yang lainnya. Dengan alat indera
tersebut, manusia akan
mengenali lingkungannya
dan hidup di
dalam lingkungan tersebut.
Kemudian, ada beberapa
ayat di bawah
ini mewakili tentang panca indera
yang berperan dalam
proses persepsi, antara lain:
1)
Penglihatan
أَلَمْ تَرَ أَنَّ ٱللهَ يُزْجِيْ سَحَابًا ثُمَّ
يُؤَلِّفُ بَيْنَهٗ ثُمَّ يَجْعَلَّهٗ رُكَامًا فَتَرَى ٱلْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلٰلِهِۦ وَيُنَزِّلُ مِنَ ٱلسَّمَۤاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيْهَا مِنْۢ بَرَدٍ فَيُصِيْبُ بِهِۦ مَنْ يَشَۤاءُ وَيُصْرِفُهٗ عَنْ مَنْ يَشَۤاءُۖ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِۦ يَذْهَبُ بِٱلْأَبْصٰرِ ﴿۴۳﴾
Artinya: “Tidaklah kamu melihat
bahwa Allah mengarak
awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian
menjadikannya bertindih-tindih, Maka
kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan
(butiran-butiran) es dari langit, (yaitu)
dari (gumpalan-gumpalan awan seperti)
gunung-gunung, Maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es
itu kepada siapa
yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang
dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan
penglihatan.” (QS. An-Nuur. 43)
2)
Pendengaran
ٱلَّذِينَ
يَسْتَمِعُوْنَ ٱلْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُۥۤ ۚ أُولۤئِكَ ٱلَّذِيْنَ هَدَىٰهُمُ ٱللهُ ۖ وَأُولۤئِكَ
هُمْ أُولُوا ٱلْأَلْبٰبِ ﴿۱۸﴾
Artinya: “…yang
mendengarkan Perkataan lalu
mengikuti apa yang
paling baik di antaranya.[13]
Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah
orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Az-Zumar. 18)
3)
Penciuman
وَٱلْحَبُّ ذُوٱلْعَصْفِ وَٱلرَّيْحَانُ ﴿۱۲﴾
Artinya: “Dan biji-bijian yang
berkulit dan bunga-bunga
yang harum baunya” (QS.
ArRahman. 12)
4)
Perasaan
Perasaan merupakan gejala psikis dengan tiga sifat khans, yaitu:
a.
Dihayati secara subyektif
b.
Pada umumnya berkaitan dengan
gejala pengenalan
c.
Dialami oleh individu dengan
rasa suka atau tidak suka (Kartono, 1996:87).[14]
Persepsi dalam pandangan Islam adalah suatu proses kognitif yang dialami
individu dalam memahami informasi baik
melalui panca indera,
seperti mata untuk
melihat, telinga untuk mendengar, hidung untuk penciuman, hati
untuk merasakan, dan pemahaman dengan indera mata maupun pemahaman dengan hati
dan akal.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Persepsi merupakan fungsi psikis yang dimulai dari proses sensasi, yaitu
proses mendeteksi sejumlah rangsang sebagai bahan informasi, tetappi diteruskan
dengan proses mengelompokkan, menggolong-golongkan, mengartikan, dan mengaitkan
beberapa rangsangan. Kemudian diinterpretasikan sedemikian rupa menjadi sebuah
arti yang subjektif individual.
Sebagaimana yang telah tertera dalam Al-Qur’an bahwa ada lima indera (panca
indera) yang kesemuanya ikut berperan penting dalam proses persepsi, yaitu
sebagai media penangkap rangsangan yang berasal dari luar maaupun dalam diri
individu. Dengan pentingnya keberadaan persepsi, semua individu hendaknya tidak
boleh salah persepsi. Sebab, kesalahan persepsi dapat diakibatkan oleh banyak
faktor yang juga akan berpengaruh terhadap kepribadian diri.
Pembentukan persepsi adalah pemaknaan yang diawali oleh adanya stimulus,
lalu berinteraksi dengan interpretasi. Setiap interpretasi yang muncul
didasarkan pada hasil seleksi dan relasi dengan berbagai pandangan dari
pengalaman yang telah direalisasikan sebelumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Alex Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung:
Pustaka Setia.
Chaplin, J.P.
2006. Kamus Psikologi Lengkap. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Fani, Ahmad;
Fatkhan Nasrulloh; Furi Ratna Sari. 2012. Makalah Persepsi dalam Tinjauan
Islam.
Icha. 2011. Psychology.
http://chatifanaima.blogspot.com/2011/11/pengertian-persepsi.html, diakses pada tanggal 13 September 2014.
Kartono, Kartini.
1996. Psikologi Umum. Bandung: CV. Mandar Maju.
Marliany, Rosleny.
2010. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Najati, Muhammad
Utsman. 2004. Psikologi dalam Perpektif Hadits, terj. Zaenuddin Abu
Bakar, dkk. Jakarta: Pustaka.
Shaleh, Abdul
Rahman. 2004. Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. Jakarta:
Kencana.
UIN SGD Bandung.
2012. Psikologi Islami: (Sebuah pendekatan Alternatif terhadap Teori-Teori
Barat). http://www.tasawufpsikoterapi.web.id/2012/05/psikologi-islami-sebuah-pendekatan.html, diakses pada tanggal 13 September 2014.
Walgito, Bimo.
2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI.
[6] Icha, Psychology,
http://chatifanaima.blogspot.com/2011/11/pengertian-persepsi.html, diakses pada tanggal 13 September 2014
[7]
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi: Suatu
Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 113-114
[11]
Muhammad Utsman Najati, Psikologi dalam
Perpektif Hadits, alih bahasa oleh Zaenuddin Abu Bakar dkk, (Jakarta:
Pustaka, 2004), hlm. 135
[13] Maksudnya
ialah mereka yang
mendengarkan ajaran-ajaran Al
Quran dan ajaran-ajaran yang lain, tetapi yang
diikutinya ialah ajaran-ajaran Al Quran Karen ia adalah yang paling baik.
Langganan:
Postingan (Atom)